Selasa, 10 November 2015

Resensi Film : The God Must Be Crazy

Hai semua……ini adalah pertama kalinya saya mengisi tulisan di blog ini. Sesuai rekomendasi dari dosen Ilmu Budaya Dasar, Ibu Nur Putri Erdianti, saya akan meresensi sebuah film komedi yang sangat fenomenal. Tapi film ini bisa dibilang sangat jadul loh, karena film ini dirilis tahun 1980. Wah…. sudah lama sekali ya hehehe…… by the way, film apa sih yang akan saya resensi? Film yang akan saya resensi adalah The God Must Be Crazy! Mau tau se-fenomenal apa film ini? Yuk baca resensinya di bawah ini.


The God Must Be Crazy adalah film bergenre komedi yang mengambil lokasi di Botswana dan Afrika Selatan. Film yang bercerita tentang pengalaman Xi, seorang anggota suku bostwan yang hidup di Gurun Kalahari ini disutradarai dan ditulis oleh Jamie Uys. Film ini dirilis tahun 1980 di Afrika Selatan dan tahun 1982 di Amerika Serikat.

Film ini berawal dari perbandingan antara kehidupan manusia modern dengan kehidupan sebuah suku bernama Bostwan di Gurun Kalahari, Afrika Selatan. Kehidupan manusia modern dinarasikan sebagai kehidupan yang sibuk, individualis, konsumtif, dan sangat kompleks. Semua sibuk dengan aktivitas masing-masing dengan menggunakan peralatan-peralatan canggih ciptaanya. Sedangkan kehidupan sebuah suku terasing di Gurun Kalahari, Afrika Selatan sangatlah sederhana. Mereka hidup dengan gotong royong dan saling membantu. Tidak ada perasaan iri sama sekali. Setiap anggota suku hidup dengan bahagia.

Suatu hari, seorang pilot yang sedang terbang dengan pesawatnya iseng membuang sampah berupa botol kaca coca-cola. Dan kebetulan botol tersebbut jatuh di Gurun Kalahari dan ditemukan oleh Xi. Karena botol tersebut jatuh dari langit, maka dipercaya oleh semua anggota suku sebagai benda yang dikirim oleh Tuhan.

Botol kaca tersebut ternyata memiliki banyak kegunaan. Mulai dari menyembuhan jari, alat musik, hingga untuk menghaluskan kulit ular. Namun, masalah muncul dari benda tersebut karena benda tersebut hanya ada satu, sedangkan seluruh anggota suku membutuhkannya bahkan menjadi ingin memilikinya. Dari masalah tersebut mereka mengalami masalah yang seelumnya belum pernah mereka hadapi, seperti rasa iri, permusuhan, bahkan kekerasan. Maka, seluruh anggota suku berpikir bahwa Tuhan pasti sudah gila karena telah mengirimkan mereka benda tersebut. Demi menghilangkan masalah tersebut, Xi mengajukan diri untuk membuang benda tersebut ke ujung dunia. Akibatnya, Xi harus melakukan perjalanan jauh dan mengalami perjalanan fisik, budaya, dan mental.

Dalam perjalanan tersebut, Xi bertemu dengan peradaban barat (manusia modern). Mulai dari manusia berambut pirang yang dia pikir adalah Tuhan, hingga mobil yang dia pikir adalah binatang dengan roda. Bahkan, Xi pun sempat di pidanan karena membunuh domba milik orang.


Perjalan Xi berakhir di puncak gunung diatas awan. Xi beranggapan bahwa inilah ujung dunia. Xi mengambil kesimpulan bahwa ini adalah tempat untuk dia membuang botol kaca tersebut. Akhirnya, Xi melemparkan botol kaca tersebut dari ujung puncak gunung dan misi Xi selesai.

Menurut saya, film The God Must Be Crazy ini adalah film yang sangat bagus dan menghibur. Film ini menyadarkan kita bahwa selama ini kehidupan modern telah membutakan kita. Kita terlihat serakah dan konsumtif. Kita juga menjadi bergantung kepada alat-alat canggih yang dikatakan memudahkan pekerjaan kita padahal kita malah dibuat semakin repot karena ilmu dan peralatan yang dibikin makin banyak, dan kerepotan pun makin bertambah Saya pernah membaca sebuah pepatan yang menyebutkan “bagai meminum air laut”. Semakin banyak yang kita minum, maka semakin hauslah kita.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar