Halo… Kali ini saya akan menghubungkan
film The God Must Be Crazy dengan
salah satu materi dari mata kuliah Ilmu
Budaya Dasar. Seperti yang sudah saya jelaskan di postingan sebelumnya
mengenai resensi film The God Must Be
Crazy, film ini menceritakan kisah sebuah suku di Gurun Kalahari, Afrika
Selatan. Film ini sangat kental dan berhubungan dengan materi mata kuliah Ilmu Budaya Dasar seperti Manusia dan
Budaya, Manusia dan Penderitaan, Manusia dan Peradaban, Manusia dan Lingkungan,
dll. Namun kali ini saya akan membahas hubungan film ini dengan materi Manusia
dan Penderitaan.
Setiap manusia yang hidup di dunia
pasti pernah merasakan penderitaan. Baik ringan atau berat. Baik manusia dalam
kehidupan modern maupun manusia dalam suku terasing sekalipun. Dalam film The God Must Be Crazy pun terlihat
beberapa penderitaan yang dialami para tokoh dalam film tersebut.
Yang pertama adalah penderitaan
yang dirasakan suku Bostwan di Afrika Selatan setelah mereka memiliki sebuah
alat berupa botol kaca yang seharusnya membantu pekerjaan mereka tetapi malah
membuat malapetaka pada kehidupan mereka karena botol kaca tersebut hanya
berjumlah satu dan seluruh anggota suku merasa ingin memilikinya. Dari hal
kecil ini, suku Bostwan mengalami penderitaan karena antar anggota suku yang
tadinya hidup damai dan saling membantu, menjadi hidup dalam rasa iri bahkan
timbul kekerasan.
Yang kedua adalah penderitaan yang
dialami Xi, seorang anggota suku Bostwan. Xi yang melakukan perjalanan untuk
membuang botol kaca yang membuat malapetaka di sukunya mengalami beberapa
penderitaan. Seperti di pidana karena telah memburu hewan ternak, dan perasaan
bingung karena perjalanan yang ia lakukan bukan hanya perjalanan fisik,
melainkan juga perjalanan mental dan budaya.
Yang ketiga adalah penderitaan dari
kalangan modern. Dalam kasus yang di derita kalangan modern, manusia modern
tanpa disadari mengalami penderitaan akibat apa yang mereka ciptakan sendiri. manusia
modern tidak berusaha untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, tapi memaksa
lingkungan untuk menyesuaikan dengan mereka. Bagaikan orang yang meminum air
laut, semakin banyak yang ia minum maka semakin haus. Semakin orang berusaha
mengatasi kerepotan mereka dengan ilmu dan berbagai macam peralatan, semakin
repot juga mereka dibuatnya. Penderitaan yang dialami kalangan modern ialah
waktu dan keserakahan.