Rabu, 02 Desember 2015

Contoh Dalam Kehidupan Nyata Tentang "Tanggung Jawab dan Pengabdian"

Contoh Tanggung Jawab

Seorang bocah yang hidup di Cina yang harus melawan kerasnya hidup untuk menjaga ayahnya yang sudah tidak sanggup lagi mengurusnya. Bocah ini belum genap 10 tahun namun dia harus menanggung beban yang sangat berat yang harus dia pikul selama 5 tahun lebih. Sang ayah sudah lumpuh sakit-sakitan dan tidak sanggup melakukan pekerjaan apa pun kecuali tidur, hingga istrinya pun tidak sanggup lagi mengurusnya akhirnya pergi meninggalkan ayah dan anaknya itu sendiri.
Anak itu bernama Zhang da, Situasi ini memaksanya untuk terus bekerja keras untuk kehidupannya dan juga ayahnya. Disamping dia harus bersekolah dia juga harus bisa mencari uang dan makanan sendiri. Upah hasil dari bekerja itu dia belikan makanan dan dia sisihkan untuk membayar sekolah dan membeli obat ayahnya yang tentu saja tidak murah dan relatif mahal. Setiap hari dia harus mengurusi segala kebutuhan ayahnya, seperti menggendong ke wc, menyeka kotorannya, menggantikan pakaiannya, memasak dan menyuapi makanannya. Semua pekerjaan ini menjadi tanggung jawabnya sehari-hari.


Kemudian dia belajar meracik obat dari sebuah buku bekas yang dia beli dan dia pelajari secara terus menerus untuk menemukan obat untuk membantu kesehatan ayahnya. Yang membuatnya luar biasa adalah dia belajar dari seorang suster yang memberikan suntikan kepada pasiennya. Sehingga setiap dia membeli obat dia sendiri yang menyuntik ayahnya. Ini semua karena situasi yang sangat tidak memungkinkan untuk membawa ayahnya ke rumah sakit, karena jaraknya yang terlalu jauh dan mahal. Bertahun tahun sudah dia melakukan semua ini sehingga dia menjadi seorang penyuntik yang handal.

Hingga suatu hari pada tanggal 27 januari 2007 dia terpilih menjadi seorang yang mendapatkan penghargaan “Perbuatan Luar Biasa”. Diantara 1,4 milyar penduduk cina, dialah merupakan satu-satunya anak kecil. Yang membuatnya terpilih adalah karena perhatian dan pengabdian kepada ayahnya yang tanpa lelah terus dirawatnya.


Ketika pembawa acara penghargaan itu menanyakan hal apa yang diinginkannya, anak itu menjawab bahwa dia hanya ingin ibunya kembali ke mereka, berkumpul kembali dengan mereka. Dari sekian banyak penawaran yang ditawarkan, dari pendidikan hingga kemewahan untuk kehidupannya, ia hanya menginginkan hal yang sangat sederhana, bisa dibayangkan bagaimana mulia nya hati anak tersebut. Dan sangat jarang sekali dapat kita temukan anak seperti itu, kebanyakan fenomena-fenomena yang kita lihat disekitar bahwa kebanyakan orangtua yang bersusah payah membahagiakan anak-anaknya dan malah justru terkadang anak-anaknya lah yang menyakiti dan membuat sedih para orangtua. Semoga kisah nyata ini dapat menjadi bahan perenungan bagi kita para anak agar selalu menghormati dan membahagiakan orangtua selagi mereka masih ada.



Sumber : 

Contoh Pengabdian

Sebulan Hanya Dibayar Rp 250 Ribu. Sungguh ironis ketika menelisik kesejahteraan guru tidak tetap alias guru sukwan. Namun, meski secara materi jauh dari keseimbangan, mereka tetap gigih membagi ilmu kepada anak didiknya. Berikut salah satu perjuangan guru tanpa tanda jasa itu.
Saat kumandang azan subuh tiba seakan menjadi panggilan rutin yang didengar oleh Hadrowi, 26, warga Desa/Kecamatan Pangarengan. Untuk itulah, dia harus bergegas dari tempat tidurnya. Meski terasa mengantuk, dia tetap harus bangun. Maklum, dirinya harus bersiapsiap pergi mengajar. Ketika tepat pukul 04.30, sepeda motor Honda yang sudah kelihatan sangat lapuk miliknya dipastikan sudah meluncur ke arah utara.

Ya, begitulah aktivitas salah satu guru yang sudah 4 tahun mengabdikan dirinya untuk kepentingan pendidikan. Hadrowi, memang bukanlah seorang guru PNS dengan segudang kesejahte raan. Namun, kewajibannya bak seorang abdi negara yang patut menyandang pahlawan tanpa tanda jasa. Suami dari Muafi yah itu setiap hari harus menyusuri jalan raya yang jarak tempuhnya hampir mencapai 60 kilometer lebih.

Jika dihitung pulang pergi bisa mencapai 120 kilometer. Maklum, selama ini dia mengajar di salah satu sekolah di Desa Bunten Timur, Kecamatan Ketapang, yang berada di wilayah utara. ”Jauh sih, bayangkan Kabupaten Sampang paling selatan ke paling utara. Tapi demi sebuah pengabdian untuk pendidikan rasa capek itu tidak pernah dirasakan. Kalau keluh kesah terkadang selalu terbesit wong namanya manusia,” ucapnya kepada Jawa Pos Radar Madura kemarin (1/5).

Menurutnya, jika perjuangan dan pengabdiannya diukur dengan materi yang hanya sebagai seorang guru sukwan sangatlah rugi. ”Tapi, saya tidak pernah menghitung itu. Yang terpenting bagi saya bagaimana saya bisa menularkan ilmu pengetahuan,” tuturnya. Tak banyak memang gaji yang diterima guru sukwan seperti Hadrowi. Dia hanya dibayar Rp 250 ribu setiap bulan. ”Untuk bensinnya saja pulang pergi (PP) Rp 15 ribu per hari. Kalau sebulan berapa,” katanya seraya tersenyum.

Namun, lagi-lagi soal materi tak menjadi halangan yang menyurutkan dirinya untuk tidak terjun ke dalam dunia pendidikan. Sebab, tujuannya hanya ingin beribadah. ”Mengajar itu pekerjaan yang mulia. Jika dihitung secara ekonomi keluarga memang tidak berkecukupan, tapi beda dengan hitungan yang Mahakuasa,” pungkasnya. Untuk itulah, pada momentum Hari Pendidikan Nasional hari ini pihaknya mengharapkan agar pemerintah bisa meningkatkan kepedulian terhadap para guru sukwan. Sebab, kata dia, tugas dan kewajibannya sama, yakni mendidik anak bangsa. Sedangkan kesejahteraan yang diperoleh sangat jauh berbeda.

Sumber :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar